Productions

Adsense

Piknik ke Bhakti Alam [part 2, Habis]

*Note: Jika anda baru saja membaca dari part ini, alangkah baiknya jika membaca dari SINI*

Kesalahan saya ketika sudah berada di tempat wisata Bhakti Alam ini adalah, saya menyadari bahwa alas kaki yang saya gunakan sudah tidak ada gripnya, alias gundul, sehingga ketika saya menaiki kereta wisata yang basah setelah terguyur oleh hujan, alhasil saya hampir terjatuh. Untung saja, saya memiliki keseimbangan badan yang lumayan bagus, meskipun saya berbadan tambun, hehehehe.

Setelah memanggil beberapa penumpang untuk mengisi kereta wisata yang ditarik oleh traktor ini hingga penuh. Pemandu wisata pun muncul, dengan gaya dan cara berbicara yang khas, menyapa wisatawan yang telah memenuhi kereta wisata traktor ini. Sebagai info saja, kereta wisata traktor ini dapat menampung sekitar 16-an orang dewasa. Butuh waktu kurang lebih 5 menit bagi pemandu untuk memperkenalkan dirinya sebelum kereta wisata ini benar-benar meluncur mengitari wisata Bhakti Alam ini. 

Akhirnya kereta wisata yang saya tumpangi pun meluncur menuruni jalan yang basah setelah diguyur hujan, dan pemandu wisata kami pun mulai bercerita semuanya tentang Bhakti Alam ini. Tidak seperti semua penumpang di kereta wisata yang pada saat itu saya naiki, ketika semuanya serius mendengarkan dan bertanya kesana kemari tentang apa yang diceritakan oleh pemandu wisata tersebut, pandangan saya menerawang jauh ke alam pegunungan Pasuruan, lembah wisata Bhakti Alam, tak jarang lensa kamera saya bidikkan ke tempat yang perlu saya abadikan, namun sialnya pada awalnya saya sayang memasangkan lensa ke kamera saya.


Pemberhentian pertama berhenti pada area peternakan sapi perah, disini para wisatawan diajak untuk melihat proses pengolahan susu sapi perah segar menjadi susu yoghurt dan menukarkan karcis yang dibawa dengan 1 cup yoghurt. Ketika semua penumpang memutuskan untuk turun dan melihat proses pengolahan susu dan menukarkannya dengan yoghurt, saya memutuskan untuk tetap dikereta wisata dan mengikuti kereta ini menuruni curamnya jalan untuk parkir sejenak. Tepat ketika kereta wisata yang saya tumpangi berhenti untuk parkir di jalanan yang datar, mata saya tertuju kepada lingkungan sekeliling saya, hamparan pohon tinggi dan rindang, serta lingkungan yang tertata sedemikian rapi demi memanjakan pengunjungnya.


Perhatian saya selanjutnya tertuju kepada pepohonan yang lain yang berada di sekitar tempat pengolahan susu sapi perah, banyak sekali varian pohon yang tertanam disana, mulai dari yang bisa menghasilkan buah, hingga yang sebatas sebagai perindang saja. Namun tetaplah, pohon idola saya adalah pohon durian.


Sekilas kemudian, pandangan mata saya tertuju kepada pohon yang berada di kanan saya ketika saya menunggu rombongan wisata yang sedang asyik melihat proses pengolahan susu sapi. Pohon sawo "spesial". Awalnya saya sempat tertipu oleh banner kecil yang menutupi pohon sawo tersebut, banner yang menggambarkan nama dan tampilan pohon sawo tersebut ketika dibelah. Awalnya saya berpikir itu adalah sawo biasa yang mungkin berasal dari varian unggul yang telah dikembangkan sedemikian rupa hingga menghasilkan buah sawo yang sedemikian lezatnya. Namun setelah saya berada persis disampingnya, saya baru sadar mengapa pohon sawo tersebut mempunyai banner tersendiri. Saya menyadari bahwa buah sawo yang dihasilkan begitu besarnya, kurang lebih sebesar bola rugby.



Sempat terbesit pikiran di benak saya, bagaimanakah rasanya ya memakan sawo sebesar itu??. Belum sempat terjawab, para penumpang yang tadinya turun dan melihat proses pengolahan telah kembali dan membawa 1 gelas kecil berisi susu fermentasi berbagai rasa. Saya sempat mencoba susu fermentasi rasa strawberry yang diberikan oleh adik perempuan saya, dan bisa ditebak, rasanya aneh menurut saya, ataukah saya yang memang tidak terlalu suka susu yang difermentasikan seperti itu? i don't know.


Setelah semua penumpang kembali naik, kereta wisata kembali melanjutkan perjalanannya menyusuri rute yang telah direncanakan. Pemandu kami tak henti-hentinya menjelaskan setiap daerah yang dilewati dan menjelaskan semua jenis pepohonan yang menghasilkan maupun tidak, serta tidak bosan-bosannya untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan dari para penumpang. Perjalanan pun berlanjut hingga memasuki area pertanian rumah plastik yang berisi tanaman melon, seharusnya kita mendapatkan sedikit tester untuk melon tersebut, tetapi karena melonnya masih dikupas karena kehabisan, maka di gantilah dengan buah naga merah. Seluruh penumpang dipersilahkan untuk mencicipi satu persatu




Rasa buah naga yang disajikan khusus untuk para wisatawan ini kurang lebih seperti campuran manis dan sedikit sekalis rasa plain, namun tetap, karena ini salah satu buah favorit saya, saya tidak mempermasalahkannya. Setelah melewati rumah plastik tempat buah melon tertanam disana, kamipunn dibawa menuju bukit kecil yang berisi tanaman Srikaya, jika biasanya buaha yang ada di depan rumah saya ini hanya berukuran kurang lebih sebesar genggaman tangan anak kecil, disini ukurannya bisa dibilang WOW!, hampir sebesar dua kali kepalan tangan orang dewasa!. Sayangnya disini saya tidak bisa mencoba buah Srikaya ini, mungkin dikarenakan masih belum matang.

Setelah melewati bukit kecil yang berisi pohon Srikaya dan beberapa tanaman buah lainnya serta beberapa tanaman penghias serta pohon Durian dimana-mana, kita dibawa menuju tempat dimana kita bisa membeli produk-produk olahan yang dibuat dari hasil Bhakti Alam, seperti keripik buah, minuman tradisional dan beberapa camilan untuk dimakan sendiri maupun dijadikan buah tangan bagi kerabat dan keluarga.

 

Disini bisa dipastikan bahwa semua produk yang dijual adalah produk olahan dengan menggunakan bahan baku dari Bhakti Alam, bahkan kita bisa melihat semua prosesnya, dari awal memilih bahan baku, mengolah, hingga siap disajikan untuk wisatawan yang ingin membawakan buah tangan dari komplek wisata Bhakti Alam ini.




Saya tertarik dengan konsep yang disajikan oleh Bhakti Alam dalam memasarkan produknya ini, yaitu menyatu dengan alam, bahan baku dari alam, dan disajjikan ditengah-tengah alam. Bahkan kita bisa melihat proses memasak secara live!. Favorit saya di bagian ini adalah minumannya, yaitu sinom dan beras kencur, beda sekali rasanya, tidak menggunakan obat gula atau saccharine sama sekali, rasanya pun beda, enak!. Disini pun ada semacam kendaraan yang menyerupai bajaj dan diisi dengan bunga-bunga, para pengunjungpun tidak melewatkan kesempatan ini dengan mengabadikan beberapa foto.




Disekeliling dapur yang menyatu dengan alam ini selain terdapat beberapa flora juga terdapat pohon buah kesukaan saya yaitu durian. Pohon durian yang berada di seberang jalan dapur alam ini tidaklah terlalu tinggi, namun sudah menghasilkan buah yang siap untuk matang dan dipetik.




Setelah berhenti untuk beberapa saat, kurang lebih 20 menit, para penumpang diminta kembali naik ke kereta wisata untuk melanjutkan perjalanannya. Saya dan para penumpang lainnya diajak mengelilingi sisa rute Bhakti Alam yang berkelok-kelok dan sering naik dan turun, untung saja kereta yang kami tumpangi ini memiliki mesin penarik yang handal dan supir yang bertalenta mengendalikannya. Sepanjang rute sisa perjalanan kami, masih banyak pohon buah yang menghasilkan dan masih banyak sekali pohon durian yang saya jumpai disekitar sisa perjalanan kami.

Sebelum benar-benar menyelesaikan rute kami, kami dibawa mengitari area penginapan yang disediakan oleh manajemen Bhakti Alam bagi mereka yang ingin menginap ataupun menyelenggarakan acara lebih dari sehari di Bhakti Alam, untuk info lengkapnya silahkan anda mengunjungi websitenya disini. 

Setelah selesai mengitari rute yang telah kami telusuri, saya dan para penumpang lainnya diturunkan di drop area disekitar penginapan Bhakti Alam. Disini tersedia beberapa fasilitas seperti merchandise shop, taman bunga, dan kolam ikan. Banyak orang memanfaatkan taman bunga di Bhakti Alam ini untuk berfoto ria dan selfie





Overall trip wisata dadakan kali ini ke Bhakti Alam, sungguh memuaskan, dari pelayanannya, tempatnya, fasilitasnya dan service yang diberikan kepada pengunjung. Satu yang saya selalu ingat jika pergi ke suatu tempat, apalagi ke tempat wisata, saya selalu memperhatikan kebersihan toilet pertama kali dalam menilai suatu tempat. Jika toiletnya bersih, tidak kotor, air melimpah dan selalu dijaga kenyamanannya, saya yakin semuanya pasti good

Akhirnya saya dan keluarga pulang dengan senang, tentunya tidak dengan tangan kosong, namun bagian belakang mobil kami terisi buah durian yang memberikan fragarance yang kuat sepanjang perjalanan, untung saja satu isi mobil ini tidak ada yang alergi dengan durian, bisa repot nanti hahahaha.




0 komentar:

Post a Comment

Piknik ke Bhakti Alam [part 2, Habis]